Perubahan Fashion Pria Indonesia dari Abad ke Abad
Berikut penjelasan lengkap dan menarik tentang “Perubahan Fashion Pria Indonesia dari Abad ke Abad”
Fashion pria di Nusantara mengalami perjalanan panjang — dari kain dan ikat kepala tradisional, hingga jas modern dan gaya streetwear masa kini. Setiap masa mencerminkan identitas, status sosial, dan pengaruh budaya luar yang masuk ke Indonesia.
🏺 1. Abad ke-13 – 15: Era Kerajaan Hindu-Buddha
🗡️ Busana Majapahit dan SriwijayaPada masa ini, pakaian pria masih sederhana namun sarat makna simbolis.
- Atasan: Pria biasanya tidak mengenakan baju tertutup, melainkan selempang kain di bahu (selendang) atau rompi dari kain tenun.
- Bawahan: Menggunakan kain panjang (jarit/lurik) dililit di pinggang, kadang dengan motif tertentu sebagai penanda status sosial.
- Aksesori: Ikat pinggang logam, kalung, gelang, dan hiasan kepala (mahkota kecil).
- Makna: Pakaian menjadi simbol kekuatan dan spiritualitas — raja dan prajurit mengenakan warna merah bata dan emas, lambang kejayaan dan kekuasaan.
🕌 2. Abad ke-16 – 18: Masa Kesultanan Islam
Masuknya Islam membawa perubahan besar pada gaya busana pria, terutama dalam hal kesopanan dan makna spiritual.- Atasan: Baju kurung, gamis, atau jubah panjang, sering kali berwarna putih melambangkan kesucian.
- Bawahan: Sarung dan kain songket, digunakan dalam kegiatan keagamaan atau resmi.
- Kepala: Mulai muncul kopiah, sorban, dan destar, menggantikan hiasan kepala kerajaan lama.
- Aksesori: Keris menjadi simbol kehormatan dan kejantanan.
🎩 3. Abad ke-19: Pengaruh Kolonial Belanda
Kehadiran Belanda membawa pengaruh besar dalam hal mode dan struktur sosial. Busana pria menjadi simbol modernitas dan pendidikan.- Atasan: Kemeja putih, jas panjang, atau beskap — potongan jas Eropa dipadukan dengan nilai Jawa.
- Bawahan: Celana panjang kain menggantikan jarit pada kesempatan resmi.
- Kepala: Topi panama atau peci hitam mulai populer di kalangan priyayi dan pejabat.
- Makna: Berpakaian ala Eropa menandakan kemajuan dan status tinggi.
4. Abad ke-20 Awal: Masa Pergerakan Nasional
Fashion pria menjadi alat perjuangan identitas dan nasionalisme.Tokoh-tokoh seperti Soekarno dan Hatta menampilkan gaya berpakaian yang memadukan modernitas Barat dan budaya Nusantara.
- Jas tutup atau jas Soekarno menjadi lambang nasionalis berwibawa.
- Peci hitam dipakai sebagai identitas keindonesiaan.
- Kemeja putih dan batik menjadi simbol kesederhanaan dan semangat perjuangan.
👕 5. Abad ke-20 Akhir: Globalisasi dan Gaya Modern
Setelah kemerdekaan, gaya berpakaian pria semakin bebas dan dipengaruhi mode internasional.- 1960–1980-an: Jas dan kemeja tetap populer untuk acara resmi, sementara celana panjang dengan potongan lebar dan jaket kulit dipengaruhi budaya Barat.
- 1990-an: Muncul tren kaos, jeans, dan sepatu sneakers, melambangkan gaya hidup urban dan kasual.
- Batik resmi menjadi pakaian wajib dalam acara kenegaraan, memperkuat jati diri nasional di tengah arus global.
🧥 6. Abad ke-21: Era Modern dan Identitas Baru
Fashion pria Indonesia kini menampilkan perpaduan tradisi dan modernitas.- Streetwear lokal berkembang pesat, dengan merek seperti Erigo, Thanksinsomnia, dan Rawtype Riot.
- Desainer Indonesia seperti Didiet Maulana dan Ivan Gunawan menggabungkan elemen tradisional (batik, tenun, songket) ke dalam gaya modern.
- Busana muslim pria seperti koko modern dan sarung premium menjadi tren lebaran dan formal.
- Gaya sustainable fashion mulai diperhatikan, menunjukkan kesadaran lingkungan dalam berbusana.
🌺 Kesimpulan
Perjalanan fashion pria Indonesia dari abad ke abad menunjukkan perpaduan unik antara warisan budaya dan pengaruh global.Dari kain jarit dan keris di masa kerajaan, jubah dan peci di masa kesultanan, hingga jas modern dan kaos kasual masa kini — semuanya menggambarkan transformasi sosial, politik, dan nilai maskulinitas bangsa.
“Busana pria Indonesia bukan sekadar pakaian — ia adalah cermin perjalanan sejarah dan karakter bangsa.”



0 Comments:
Posting Komentar